Thursday, August 22, 2013

Niat,ada di tangga pertama

Niat, ada di tangga pertama.. …Dengan nama-Nya yang Maha Suci,”Tidak ada sesuatupun melainkan bertasbih dengan memujiNya” (Q.S Al-Isra : 44) …(Ungkapan yang dipakai Ustadz Bediuzzaman Said Nursi pada awal surat-surat yang ia tulis) Sahabatku yang ceria, setia, dan ikhlas..! Tangga-tangga peradaban kian meliuk, menyilahkan angin menerpanya. Penopang langkah tak berharap pada jiwa kita, melainkan kita yang harus merinduinya. Memeluknya dengan erat untuk menepis nafsu amarah. Agar jiwa dan hati tenang lagi mengharap ridho Allah SWT. Sahabatku, kita menyaksikan tangga-tangga itu bermacam warna dalam dimensinya. Hijau, biru, Merah, dan hitam pekat bercampur hingga sesekali kita sulit mengenalinya. Berdoalah kita agar tetap bisa menaikinya. Saat ini kita sedang berada di tangga pertama. Ya..ada niat di tangga pertama. Mari sulam dan taati niat baik kita. Litakun tha’atullahi awwalahtimamik! (Jadikan ketaatan sebagai prioritasmu!). Menaati niat juga berarti berjuang sentiasa memperbaharuinya untuk memperoleh pemahaman yang utuh. Karena Ini (niat ) juga disebut imam Syafii sebagai sepertiga ilmu. Sabda Nabi Muhammad SAW, seabagaimana yang di riwayatkan Umar ra. “Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya…-“ (HR.Bukhari dan Muslim.1907) Sahabatku, Kita menilik hakikat di tangga pertama ini. Sebelum melangkah, kita harus mencari dan menentukan dulu niat kita. Apa sebenarnya yang tertanam dalam nurani? Bukan kekuasaan dan jumlah yang menentukan besar niat. Kita mencoba sekecil-kecilnya amanah harus disertai dengan niat yang besar.Semoga!.. Amru Muhammad hilmi Khalid menuliskan,”Berkata orang saleh terdahulu, pelajarilah niat layaknya engkau mempelajari ilmu.” .Beliau juga menceritakan sebuah kisah; Ketika seseorang berkata kepada salah seorang tabiin ,”ikutlah bersama kami untuk berziarah ke kuburan salah seorang sahabat.” “Tunggu sebentar!” ujarnya. Lalu ia diam sebentar, salah seorang dari temannya yang berziarah pun bertanya ,”Apa yang membuatmu berhenti sejenaak?” “Aku diam sebentar untuk mempersiapkan niatku.” Jawabnya. Seolah ia bicara kepada dirinya sendiri,”Kenapa aku pergi berziarah ke kekuburan? Yang meninggal adalah salah seorang sahabat Nabi SAW,tentu saja berziarah ke kekuburannya akan menambah pahalaku.Aku akan mengambil ibrah (pelajaran) dari wafatnya.sekarang aku akan berjalan ke kuburannnya dengan niat yang baik lagi ikhlas”. Sahabatku, niat menghantarkan pada tangga keikhlasan. Semoga kita dalam beraktifitas akan lebih bersemangat dengan sentiasa meluruskan niat. Besar harapan, Allah SWT menerima dan meridhoi tiap langkah dan amal kita. Sehingga amal kita memiliki nilai keikhlasan yang kelak akan menolong diri kita. Sahabatku yang ceria, setia, dan ikhlas! Dalam bukunya yang berjudul Ishlah Al-qulub Amru Muhammad hilmi Khalid (penerjemah : Ismail Jalili,MA-Fadillah Ulfa,Lc) juga menuliskan ini. Diriwayatkan didalam sebuah hadits dari Nabi SAW ,yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru, ia berkata,”Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,’Tiga orang laki-laki dari orang-orang sebelum kamu mengadakan perjalanan, tiba-tiba hujan turun dengan deras, mereka pun terpaksa menginap di sebuah gua. Mereka masuk kedalamnya, secara tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dari gunung menutupi pintu gua, menyebabkan mereka terkurung-Suatu hal yang mustahil bagi mereka untuk keluar dari gua,mereka pun bisa menetap di dalam hingga kematian menjemput- Lalu salah seorang dari mereka berkata kepada yang lainnya-lihatlah apa yang dikatannya?? Ia mengatakan sebuah perkataan yang sangat indah! – “Ingatlah semua amal baik yang pernah kamu lakukan karena Allah, setelah itu berdoalah kepada Allah dengan amalan masing-masing. Semoga Allah menolong kita dari kesulitan ini.” Lelaki pertama berkata,-lihatlah bagaimana keikhlasan ini dimulai,dan inilah yang dapat menolong mereka keluar dari gua- “Ya Allah, dahulu aku mempunyai dua orang ibu bapa yang sudah tua. Mereka tinggal bersama keluargaku yang terdiri dari dan bebarapa orang anak yang masih kecil. Aku pelihara mereka serta berbakti untuk mereka. Saat aku mempunyai waktu luang, aku terus memerahkan susu untuk mereka. Aku utamakan kedua orangtuaku untuk meminumnya terlebih dahulu daripada anak-anakku. Satu hari karena kesibukan pekerjaanku sampai sore menjelang, baru aku dapat pulang. Aku dapati kedua orang tuaku sudah tidur. Seperti biasa aku terus memrah susu. Aku letakkan susu tersebut didalam sebuah bejana. Aku berdiri di ujung kepala kedua orangtuaku, namun aku tidak sanggup membangunkan mereka dari tidur yang nyenyak. Aku juga tidak sanggup member anak-anakku minum terlebih dahulu sebelum kedua orangtuaku meminumnya, sekalipun mereka meminta-minta dihadapanku karena lapar dahaga. Aku terus setia menunggui mereka dan mereka juga tetap tidur pulas sampai pagi menjelang. Apa yang dikatannya,- “ Jika Engkau mengetahui apa yang aku lakukan itu adalah semata-mata menngharapkan keridhoanMu,maka tolonglah kami dari kesulitan ini, gerakkanlah batu besar ini, sehingga kami dapat melihat langit.”Disebabkan bakti tersebut, Allah SWT berkenan menolong mereka dengan menggerakkan sedikit batu besar tersebut, sehingga mereka dapat mereka dapat melihat langit. Datanglah lelaki kedua, iapun berusaha mencari amalan-amalannya yang paling banyak mengandung keikhlasan.Orang kedua berkata,” Ya Allah ,suatu ketika dahulu aku mempunyai seorang sepupu perempuan. Aku mengasihinya sebagaimana cinta seorang lelaki terhadap perempuan yang cukup mendalam. Aku minta supaya dia melayani keinnginan nafsuku. Namun begitu, dia tidak sudi untuk berbuat demikian, kecuali setelah aku mampu memberikannnya uang sebanyak seratus dua puluh dinar. Untuk tujuan tersebut dengan susah payah, akhirnya aku mampu mengumpulkan uang sebanyak itu. Aku membawa uang tersebut kepadanya, namun ketika aku hendak menyentuhnya, dia berkata, ‘wahai hamba Allah..!takutlah kepada Allah.Janganlah kamu mengambil kesucianku ini kecuali dengan pernikahan terlebih dahulu.’Mendengar kata-kata tersebut aku pulang dan membatalkan niat jahatku itu. Seandainya Engkau tahu bahwa apa yang aku lakukan itu adalah semata-mata untuk mencari keridhoanMu, tolonglah kami dari kesulitanku ini, gerakkanlah batu besar ini.” Allah swt berkenan menolong mereka dimana batu besar itu terbuka sedikit lagi. Lelaki ketiga berkata ,”Ya Allah, dahulu aku pernah mengupah beberapa orang pekerja, aku membayarkan semua upah mereka kecuali satu orang saja. Ia tidak meminta upahnya dan pergi begitu saja. Upah tersebut aku kembangkan sehingga mendatangkan harta yang banya. Suatu ketika ia kembali padaku, dan berkata kepadaku, ‘wahai hamba Allah, berikanlah aku upahku yang dahulu. “semua apa yang engkau lihat dari unta, sapi, kambing, dan hamba sahaya adalah upahmu.” Jawabku “wahai hamba Allah, janganlah mempermainkan aku” ujarnya lagi “Aku tidak mempermainkan kamu, ambillah semuanya.”Jawabku. Ia mengambil semuanya sehingga tidak bersisa. Seandainya Engkau tahu bahawa apa yang aku lakukan itu adalah semata-mata untuk mencari keridhoanMu, tolonglah kami dari kesulitan yang tinggal hanya sedikit lagi ini.” Akhirnya Allah pun menolong mereka dengan menggerakkan batu besar yang menutupi gua, mereka dapat keluar dan melanjutkan perjalanan. (HR.Bukhari 2215,2217, Muslim 2743) Kadar keikhlasan adalah rahasia Allah SWT. Hanya Ia,yaa Bathin, yang Maha mengetahui yang ghaib. Sahabatku, Mari kita sentiasa menjaga niat dan memperbarui. Sekiranya pertanyaan-pertanyaan ini mewakili kita dalam keserian, bolehlah kita menuliskannya. - Apa niatku belajar? - Kenapa aku harus merapihkan ruanganku? - Kenapa aku harus (sering) menelfon ibu bapakku? - Kenapa aku harus memenuhi undangan? - Kenapa aku harus menyapa orang-orang sekitar? - Kenapa aku harus memakai pakaian bagus dan bersih saat ke masjid? - Kenapa aku harus bekerja? - Kenapa aku harus bersahabat dengan siapapun? - Kenapa aku harus menikah? - Dst @_@ tulisan ini semoga bermanfaat,khususnya untuk diri dan semangatku. Dan siapapun-sahabatku- yang membaca ini , jika berkenan tulislah apa yang ingin ditulis. Agar aku membacanya dan belajar dari itu. Tanpa bersemuka, kitapun berdialog. Sebagaimna, Trendsetter, Ali bin Abi Thalib’s quote tie science by writing (ikatlah ilmu dengan menulis). Wallohua’lam.. Sources: -Muthmainnah,Ninih.2012.Menata Spiritual Muslimah.Bandung: Tasdiqiya Publisher. -Hilmi Khalid, Amru Muhammad (penerjemah : Ismail Jalili,MA-fadilah Ulfa,Lc).2010.Islah Al-Qulub (mensucikan hati).Pustaka Media -Nadia,kanka.2013.Uje Berdakwah Dengan Hati.Rexa Pustaka. -Suhail shobirin, Misbah Khoiruddin Zuhri.2011.la Taskut (panduan praktis Percakapan Bahasa Arab).Semarnag:Pustaka Nuun. -Al Lamaa at karya beddiuzzaman Said Nursis