Tuesday, February 7, 2012

AKU DAN BAYANGANKU

AKU DAN BAYANGANKU


Gejolak kian menerka
Sangka selalu bertanya dalam pelik cerita
Senyap rasa pun bukan rintang dalam persaudaraan yang telah terbina
Meski hasta tak mampu bersua
Salam rinduku menyapa malam mu



Malam ini, peri kecil datang kepadamu. Dengan segenap rasa senyap itu, aku dan bayanganku mencoba menepis semua ego. Bayanganku adalah bayangan yang bandel, sangat!!! Betapa tidak, ia menghardikku, bersiul menorehkan sejuta pusaran yang tak membutuhkan ASA. Apapun kau, siapapun kita dalam lakon saat ini. Masih, ku ingin menyebutnya sebagai sang pendengar malam. Saat ku tak mudah mencari muara lain untuk kusinggahkan kegalauanku. Akupun tetap datang tanpa pelabuhan harapan kepadamu. Bahkan, aku tetap ingin menyebutmu sebagai sang pendengar malam. Mari, uraikan senandung rindu kita untuk Rabb Pencipta Alam.

Usah kau hiraukan rintikan hujan yang kubawa, tetaplah dalam lingkaran hasrat yang kau matangkan. Logika menuntun nurani ini untuk merelakan kau tersenyum ditempatmu. Malam ini, ku hanya ingin kau tetap menjadi sang pendengar malam. Saat cerita dulu harus kualami lagi, saat ku harus tetap bertahan disudut petak tempat berlindung dari sang surya. Saat jiwa ku menjerit. Atas nama Perempuan, ku masih tetap bermain peran untuk menimbang patuh dan pejagaan diri. Hingga bertahan dalam 3 tahun 5 bulan 22 hari. Saat ini hitungan itu pun masih terus menanyakan pangkalnya.
.
Wahai, sang pendengar malam. Setitik harapan antara kita adalah luasan Do’a yang bersandar kepada Allah SWT. Bila kalimat itu tidak dapat dipercaya. Lihatlah, Hati kita pasti kan selalu membenarkannya. Tengoklah, karena kita dulu pernah menampiknya. Meski sesaat kita terjungkal dalang lubang yang masing-masing dari kita tidak mengetahui hakikatnya. Marilah, ratakan retakan persaudaraan ini. Hingga suatu hari kita tak kan mampu lagi menyadari apa yang ada dalam retakan itu. Meski dibayanganku masih tersisa aura yang memerikan nasehat kesabaran terhadap peri kecil . Biarkan itu ada dalam warna yang berbeda. Biarkan itu ada dalam rasa yang berbeda. Biarkan itu ada dalam ranah yang berbeda. Sungguh, tanpa kita sadari, kita telah menyapu indahnya persaudaraan yang dulu kita agungkan, hanya dengan Cinta samar yang sesungguhnya kita sendiri tidak mengenalinya. Astagfirullahaladzim 3X. Biarkan kita kembali merasakan nikmat-Nya dalam kasih sayang yang sewajarnya. Bayanganku adalah bayangan yang bandel. Hingga kutak tahu mengapa ku ingin menulis ini semua. Atau bayanganku yang memang bandel.

Wahai sang pendengar malam, jika ini sebagai hiperbola bayanganku. Biarkan sekat mata dan telinga mu merayap sayap. Karena apapun warna kita saat ini. Masih, ku ingin senyummu, senyumku, tak berubah. Meski suatu hari kita menemukan sayap kita masing-masing. Meski kita berada dalam poros masing-masing. Meski detik ini kita dalam pijakan masing-masing. Persaudaraan kan tetap kita agungkan bukan? Betapa kita tidak bahagia jika kita mampu menciptakan kedamaian yang tak bersyarat, disaat sudut hati kita tersentuh jarum atas kelalaian kita masing-masing. Akupun, patut berterima kasih atas duri yang Allah titipkan melaluimu. Saat itu menjadi potongan kecil dari suratan ujian-ujian bagiku dalam menapaki dan memaknai hidup ini.

Wahai sang pendengar malam, saat ini peri kecil ingin menjadi dewasa. Masih, disudut ruangan yang ia jadikan istana yang menemaninya menemukan jalan yang masih dirahasiakan Sang Kholik. Ia tetap bertahan untuk menemukan celah kebebasan yang belum juga dimengerti. Peri kecil kan terus berusaha menjaga diri. Kan terus berusaha menghangatkan hati. Mereka yang bukan sedarah tak akan dijadikan sebagai penghalang dalam mempertaruhkan kepatuhannya terhadap orang tua. Namun, keadaan lebih baik itu pun tetap dinanti aku dan bayanganku. Jika diantara kita tak ada ruang pertemuan di dunia ini, semoga Ridho Allah atas persaudaraan ini selalu menyertai kita, Amin.

Dan kau sang pendengar malam,dimanapun engkau dengarkan saja seperti lalu. Meski kita bukan siapa-siapa. Perdebatan, Permusuhan, bukan kata untuk kita. Wahai sang pendengar malam, izinkan ku tetap menuliskan ini hingga kau bisa membaca tuk kau dengarkan. Wallohua’lam,,

Wednesday, February 1, 2012